Sawah Pencerahan Agung Afgani

Lahan Menggapai Kebebasan Berpikir

Manifest Destiny Bangsa Amerika dan Efeknya terhadap Perdamaian Dunia

A. Latar Belakang

Perdamaian adalah hal paling krusial dan paling didambakan oleh setiap orang di dunia ini. Dua kata yang begitu berharga bagi manusia dalam melanjutkan hidup. Turunan dari perdamaian adalah kemerdekaan. Kemerdekaan ini juga menjadi hal yang maha penting untuk pembangunan bangsa-bangsa di jagad ini. Tak pelak lagi ketika kemerdekaan dan perdamaian sudah menghilang dari muka bumi, maka manusia sangat tidak nyaman untuk melangkahkan kaki di alam ini.

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya perdamaian ini. Baik faktor dari dalam negeri maupun luar negeri. Kenapa juga ada faktor luar negeri? Ya, tentu ada. Jika kita melihat dari peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, justru faktor luar negeri inilah yang mengambil peran signifikan dalam pencapaian perdamaian negara-negara di dunia ini.
Mari kita tengok langkah-langkah Amerika Serikat dan sekutunya di Iraq maupun Afghanistan beberapa tahun ke belakang. Sebelumnya kondisi di negara Iraq dan Afghanistan termasuk ‘aman-aman’ saja. Namun ketika pasukan AS dan sekutunya ikut campur dengan urusan dalam negeri kedua negara ini, kondisinya berubah porak-poranda, tidak karuan. Amerika Serikat menggempur negara-negara ini dengan dalih ingin menghancurkan kediktatoran dan menegakkan demokrasi. Yang menjadi pertanyaan mengapa Amerika Serikat begitu ofensif dan brutal jika memang ingin menegakkan demokrasi? Apakah demokrasi bisa ditegakkan dengan mengorbankan perdamaian? Dan mengapa Amerika Serikat begitu bernafsunya ‘menyebarkan’ paham demokrasi ke seluruh dunia?
Ternyata banyak orang tidak tahu bahwa bangsa Amerika punya gagasan ‘suci’ untuk ‘penyebaran demokrasi’ ke penjuru dunia. Gagasan itu tertuang dalam Manifest Destiny. Sebuah manifesto yang menyebutkan bahwa bangsa Amerika telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk menyebarkan ‘demokrasi’. Lalu apakah sebenarnya Manifest Destiny itu? Benda seperti apakah itu? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan bangsa Amerika?
B. Sejarah
Menurut sumber wikipedia.com, Manifest Destiny adalah kepercayaan historis yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat ditakdirkan, bahkan dinobatkan oleh Tuhan, untuk menguasai daratan Amerika Utara, dari pantai Atlantik hingga pantai Pasifik. Para pendukung Manifest Destiny percaya bahwa ekspansi itu bukan hanya bagus, tapi hal itu juga nyata (“manifest”) dan pasti (“destiny”). Konsep ini begitu mempengaruhi kebijakan negara Amerika Serikat pada tahun 1800-an.
Istilah Manifest Destiny pertama kali ditemukan tercetak pertama kali pada tahun 1839, namun pertama kali digunakan oleh jurnalis New York, John L. O’Sullivan, pada tahun 1845, untuk mendorong penaklukan Texas. Juga digunakan untuk melegitimasi perlawanan terhadap koloni bangsa Eropa dan suku Indian. O’Sullivan menyatakan bahwa melalui ekspansi-ekspansi tersebut Amerika Serikat dapat menjadi negara super power di bidang social dan politik.
Meskipun begitu, ekspansi ke daerah barat ini tidak diawali oleh munculnya Manifest Destiny. Langkah pertama negara Amerika Serikat dalam memperluas wilayah adalah pembelian daerah Louisiana dari Spanyol pada tahun 1803, yang menyumbang 23 % terhadap perluasan wilayah negara Amerika Serikat. Pada 1890-an, para Republikan juga menggunakan istilah Manifest Destiny sebagai justifikasi serangan ke wilayah utara Amerika. Dan pada abad ke-20, istilah ini kembali diapungkan oleh beberapa pihak dengan pengartian sebagai kepercayaan pada misi Amerika untuk mempromosikan dan mempertahankan demokrasi di seluruh dunia, dan berlanjut pada adanya efek positif terhadap ideologi politik Amerika.
Manifest Destiny ini sebenarnya lebih pada ide semata daripada sebuah kebijakan spesifik. Istilah ini mengkombinasikan kepercayaan Ekspansionisme dengan beberapa ide-ide popular di zaman itu, seperti Eksepsionalisme Amerika, Nasionalisme Romantik, dan kepercayaan pada superioritas alami pada apa yang selanjutnya disebut “ras Anglo-Saxon”.
John O’Sullivan menggunakan istilah “Manifest Destiny” ini untuk mendukung penaklukan Texas dan Oregon. John O’Sullivan adalah seorang pendukung Partai Demokrat yang berpengaruh. Dia menulis sebuah artikel pada tahun 1839, yang tidak menggunakan istilah “Manifest Destiny”, memprediksi sebuah “takdir dari Tuhan” bagi Amerika Serikat berdasar pada nilai-nilai seperti persamaan, hak hati nurani, dan hak mengeluarkan pendapat atau suara untuk “pemberian harga diri moral pada dunia dan penyelamatan manusia”.
Enam tahun kemudian, tahun 1845, O’Sullivan menulis artikel yang berjudul “Annexation in the Democratic Review”. Dalam artikel ini pertama kali disebutkan kata-kata Manifesr Destiny. O’Sullivan berpendapat bahwa Amerika Serikat perlu untuk menganeksasi Republik Texas. Tidak hanya karena Texas menginginkan hal tersebut, tapi ini memang telah menjadi keharusan bagi Amerika Serikat.
Pada 27 Desember 1845, O’Sullivan kembali memakai kata-kata Manifest Destiny, dalam tulisannya yang dimuat oleh koran New York Morning News. Di tulisan itu, O’Sullivan kembali menyatakan urgensi penyelesaian peliknya percekcokan perbatasan dengan Inggris di negara Oregon. O’Sullivan berpendapat bahwa Amerika Serikat punya hak atas klaim di seluruh daerah Oregon.
O’Sullivan sendiri percaya bahwa Tuhan telah memberikan bangsa Amerika Serikat sebuah misi untuk menyebarkan demokrasi republikan (“penafsiran dari kemerdekaan/kebebasan”) di dataran Amerika Utara. Dan sebenarnya konsep asli Manifest Destiny dari O’Sullivan ini tidak termasuk pada penggunaan kekuatan militer. Dia percaya bahwa bahwa ekspansi Amerika Serikat dapat dilakukan tanpa campur tangan pemerintah dan pihak militer.
Sejarawan William E. Wecks mencatat tiga tema kunci yang biasanya disinggung oleh pendukung Manifest Destiny:
1. Kebajikan bangsa Amerika dan institusi-institusinya.
2. Misi untuk menyebarkan institusi tersebut, dalam rangka menyelamatkan dan memperbaiki dunia untuk image Amerika Serikat.
3. Takdir dari Tuhan untuk menyelesaikan tugas ini.
Seperti penjelasan Abraham Lincoln dalam suratnya ke Kongres pada tanggal 1 Desember 1862 yang menyatakan bahwa Amerika Serikat sebagai “harapan terbaik yang terakhir bagi dunia”.
Frasa Manifest Destiny sering dikaitkan dengan ekspansi daerah Amerika Serikat dari tahun 1812 hingga 1860. Rentang waktu dari akhir perang tahun 1812 hingga permulaan Perang Sipil Amerika disebut “Masa Manifest Destiny”.
Sebenarnya Manifest Destiny itu masih berhubungan erat dengan Doktrin Monroe. Sejarawan Walter McDougall menyebut Manifest Destiny sebagai turunan dari Doktrin Monroe, karena ketika Doktrin Monroe tidak menyebut tentang ekspansi, tapi ekspansi dibutuhkan untuk menjalankan doktrin tersebut.
Pada pemilu Amerika Serikat tahun 1896, Manifest Destiny dikutip oleh kaum Republikan untuk mempromosikan ekspansi ke seberang lautan. Ketika Presiden William Mckinley mendukung aneksasi Hawaii pada tahun 1898, dia berkata bahwa “kita benar-benar membutuhkan Hawaii dan hal tersebut lebih baik daripada ketika kita memperoleh California. Hal itu adalah Manifest Destiny”.
Pada abad 20, frasa Manifest Destiny sudah tidak digunakan lagi. Presiden Theodore Roosevelt menyatakan penolakan yang gamblang terhadap ekspansi wilayah. Tapi Ekspansionisme ini digantikan oleh Intervensionisme sebagai alat untuk mempertahankan Doktrin Monroe.
Presiden Woodrow Wilson melanjutkan paham Intervensionisme Amerika. Dia membawa Amerika Serikat ke kancah Perang Dunia I dengan argument “Dunia harus aman untuk demokrasi”.
Saat ini, frasa Manifest Destiny hanya digunakan untuk menjelaskan sejarah Amerika, terutama pada 1840-an. Tapi istilah ini terkadang masih digunakan oleh kaum kiri dan pengkritik kebijakan pemerintah Amerika Serikat di Timur Tengah dan di manapun. Bagi mereka Manifest Destiny diinterpretasikan sebagai “Imperialisme Amerika”.
C. Analisis
Dari uraian sejarah di atas dapat kita ketahui bahwa dari awalnya memang bangsa Amerika sudah sangat agresif. Hasrat aneksasi mereka yang dibungkus dengan fatwa takdir dari Tuhan sebenarnya memiliki ekses negatif selain ekses positif. Ekses positif mungkin adalah semakin bertambahnya semangat untuk mempertahankan harga diri bangsa. Semangat ini diperlukan ketika sebuah bangsa ingin memperbesar jati diri mereka. Amerika adalah negara individual seperti yang menjadi rahasia umum, namun ketika mereka berbicara tentang bangsa dan negara, orang-orang Amerika langsung spontan menjadi nasionalis tulen. Mereka sangat protektif dan peduli terhadap national dignity. Ibaratnya right or wrong is my country. Kita bisa lihat dari terjunnya jutaan pemuda Amerika untuk menjadi sukarelawan yang akan berperang di palagan Perang Dunia II. Kerelaan mereka ini yang tak tertandingi bahkan hingga saat ini. Namun ekses negatif pun tak kalah banyaknya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Amerika Serikat ini negara yang paling sok tahu untuk ikut campur urusan dalam negeri bangsa lain. Intervensi mereka di berbagai bidang sangat luar biasa menjengkelkan. Banyak sumber sejarah yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat punya andil yang banyak terhadap terjadinya kudeta di berbagai negara. Bahkan beberapa kejadian politik yang terjadi di Indonesia pun ditengarai ikut didalangi Amerika, contohnya Gerakan 30 September. Di negara lain pun Amerika tak kalah usilnya. Mereka sengaja memancing di air keruh untuk memuluskan tujuannya. Kejadian yang paling signifikan adalah penyerangan ke Afghanistan dan Iraq. Dengan dalih untuk mengusir kediktatoran dan menegakkan demokrasi, Amerika Serikat dengan seenaknya menyerbu masuk kedua negara tersebut. Padahal jika kita mempelajari masa lalu, sangatlah tidak mungkin Amerika mau campur tangan jika tak ada maunya. Dan maunya Amerika itu ya minyak.
Intervensi ala Amerika yang sepertinya diilhami oleh Manifest Destiny inilah yang memporakporandakan Iraq dan Afghanistan. Tak hanya itu, Amerika pun kena batunya dengan intervensi itu. Neraca pengeluaran mereka jadi timpang karena ongkos perang di Iraq dan Afghanistan membengkak luar biasa di luar perkiraan. Dan yang paling parah adalah tidak berharganya nyawa manusia di sana. Terjadi banyak kejahatan kemanusiaan di kedua negara tersebut. Dan penyebab utamanya adalah isengnya Amerika Serikat yang mau sok-sokan menjadi polisi dunia dan kampiun penyebar demokrasi.
Jika pada abad ke-19, perluasan wilayah Amerika memakan korban suku Indian. Suku ini dikebiri hak-haknya hanya demi keserakahan orang lain. Dalam film “Geronimo: An American Legend” kita bisa tahu bagaimana brengseknya pemerintah Amerika Serikat. Suku Indian ditipu mentah-mentah, dan banyak prajurit Amerika Serikat yang malu terhadap kebijakan pemerintahnya. Dan mereka memilih untuk mengundurkan diri daripada harus menanggung malu.
Dan sekarang, korban kebijakan luar negeri Amerika telah tersebar di seluruh dunia. Intervensi di bidang ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan tak urung membuat bangsa lain menjadi gerah. Kebijakan standar ganda Amerika menjadi bahan makian negara lain. Dan yang paling memuakkan adalah korban kebijakan Amerika ini sudah banyak. Dan Amerika merasa tak bersalah dengan kondisi ini.
Sebenarnya masih sebuah kewajaran ketika sebuah negara berusaha untuk menjalin hubungan luar negeri yang menguntungkan. Namun semua itu haruslah berimbang. Jangan berat sebelah. Apalagi jika kebijakan itu menimbulkan korban yang sebenarnya tidak perlu alias bisa dihindari. Kebijakan luaar negeri bebas aktif dan saling menguntungkan adalah sesuatu yang harus diterapkan oleh semua negara.
Namun kita juga tak mampu untuk merubah garis kebijakan negara Amerika Serikat. Yang bisa kita harapkan adalah berubahnya garis kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang bergantung pada kubu mana yang sedang berkuasa di Gedung Putih. Kaum Demokrat dikenal lebih halus pendekatannya jika dibandingkan dengan kaum Republik. Perang Iraq dan Afghanistan yang terjadi pada masa Presiden George W. Bush dari Partai Republik tampaknya akan sedikit dikoreksi oleh Presiden Barrack Obama yang berasal dari Partai Demokrat. Presiden Obama juga sudah melakukan beberapa peninjauan terhadap beberapa kebijakan pemerintahan terdahulu.
D. Kesimpulan
Manifest Destiny adalah produk sejarah bangsa Amerika yang ternyata hingga kini masih dilakukan meski dalam bentuk berbeda. Kebijakan tentang Ekspansionisme dan Intervensionisme bangsa Amerika telah terbukti merugikan banyak bangsa. Meskipun tak semua orang Amerika menyepakati hal ini. Tapi setidaknya kita juga harus mewaspadai hal ini. Bahwa kepentingan Amerika Serikat yang cenderung dipaksakan pada bangsa lain ini yang merusak keharmonisan antar bangsa. Lebih parah lagi jika kepentingan itu menimbulkan korban jiwa, seperti yang terjadi di Iraq dan Afghanistan. Hal ini yang harus ditentang secara konsisten.
Ideologi, apapun bentuknya, setiap bangsa adalah hak prerogatif dari sebuah bangsa itu sendiri. Namun ketika hak tersebut mengganggu hak kemerdekaan bangsa lain, maka hal itu harus ditentang. Apalagi jika kejadian tersebut kemudian merusak perdamaian dunia yang telah tersusun dengan baik. Dan ini yang terjadi dengan Manifest Destiny bangsa Amerika yang seringkali menimbulkan efek negatif bagi orang lain.
E. Sumber-sumber
1. Abnett, D. (2008). Paket Komik Sejarah Perang. Jakarta: Keputakaan Populer Gramedia.
2. Gonick, L. (2008). Kartun Riwayat Amerika Serikat. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
3. Hynson, C. (2007). Kisah Yang Terlewatkan: Perang Dunia II. Jakarta: Elex Media Komputindo.
4. Sumber-sumber dari internet (Wikipedia).

Juni 29, 2009 - Posted by | Tulisan-tulisan

1 Komentar »

  1. tren pemujaan terhadap power harus segera dihentikanm.

    Komentar oleh idiotisasi | November 13, 2009 | Balas


Tinggalkan komentar